Jakarta Masa kanak-kanak seharusnya dijadikan bagai kanvas putih tanpa goresan tinta. Artinya, masa tersebut adalah masa untuk belajar banyak hal tentang pengetahuan dan kehidupan.
Hal ini mungkin tidak berlaku untuk anak jalanan yang harus mencari sesuap nasi ketimbang mendapatkan hak pendidikan mereka. Namun saat ini sudah banyak sekolah-sekolah yang gratis untuk anak-anak kurang mampu dan anak jalanan.
Selain sekolah darurat Kartini di Pademangan, ternyata ada juga Sekolah Anak Jalanan (SAJA) di jalan Petak Asem No 29 RT 07/09, Penjaringan, Jakarta Utara. Namun SAJA tidak memiliki ruangan belajar mengajar sebaik Sekolah Darurat Kartini.
SAJA hanya menggunakan sebuah rumah kontrakan berukuran 4x4 meter dengan satu kamar mandi dan teras rumah berukuran 2x4 meter. Padahal sekolah gratis untuk anak jalanan ini memiliki 117 siswa dari TK hingga SD.
SAJA memiliki lima staf pengajar lulusan IKIP Jakarta (sekarang UNJ) yang konsisten mengajar sesuai kurikulum yang ditentukan pemerintah. Selain mengajar sesuai kurikulum yang berlaku, SAJA juga menerapkan pendidikan kreativitas ke peserta didiknya.
"Murid-murid di sini kita upayakan mendapatkan ijazah resmi dengan mengikuti ujian nasional di sekolah-sekolah negeri sekitar sini. Mereka juga kita upayakan untuk bisa masuk sekolah tingkat menengah negeri," kata Kepala Sekolah SAJA, Reinhard Hutabarat, di lokasi yang sama, Kamis (27/9/2012).
SAJA didirikan Reinhard pada tahun 2001 di kolong jembatan tol Wiyoto-Wiyono Penjaringan. Namun karena kebijakan pemerintah melarang adanya bangunan di kolong tol memaksa SAJA pindah di lokasi terdekat yakni rumah kontrakan seharga Rp 700 ribu per bulan tersebut.
"Waktu itu saya bangun di sepanjang tanah kosong kolong jembatan," ujar Reinhard.
Walau menempati rumah sewa kecil di atas tanah PT KAI, SAJA memiliki fasilitas perpustakaan dengan koleksi ratusan judul buku dari para donatur. Bahkan detikcom menemukan sejumlah buku yang disumbangkan oleh anak-anak dari negeri seberang.
SAJA juga memfasilitasi siswanya di bidang seni dengan adanya puluhan angklung, sebuah gitar, origami, dan coretan-coretan krayon karya anak jalanan di sekolah tersebut. Bahkan anak-anak dari keluarga kurang mampu tersebut bisa bermain drama dan menari tarian daerah.
"Selain kurikulum, kita juga mengembangkan kreativitas anak-anak. Saya sebutnya kurikulum plus," ujar Reinhard.
Anak-anak jalanan dari berbagai usia pendidikan tersebut mulai belajar dari pukul 07.30 WIB hingga 15.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar tersebut dilakukan dengan sistem shift, setiap kelas mendapatkan jatah 1,5 jam.
"Karena ruang kelas kita terbatas," ungkap Reinhard.
Uniknya, SAJA mendapatkan bantuan akses internet melalui 5 buah komputer yang diberikan sebuah perusahaan penyedia jasa internet. Selain itu, program Corporate Social Responsibility tersebut termasuk pengembangan SDM di SAJA agar memenuhi aspek berkelanjutan.
"Tentunya fasilitas seperti ini tidak dinikmati banyak orang. Kita buat healthlful Smartfren Community, agar lebih bisa mengembangkan kehidupan sosial dan mencerdaskan. Bantuan ini kita setup semua fasilitasnya dan setahun ke depan kita rencanakan biaya opersional, dan diharapkan sustainable," kata VP Program Smartfren Untuk Indonesia, Hengky Chahyadi, di lokasi yang sama.
Anak-anak jalan yang terdaftar sebagai siswa SAJA juga tampak senang dengan bantuan tersebut. Mereka mengaku tidak mengetahui fungsi internet tapi siap untuk belajar.
"Internet pernah dengar, tapi nggak tahu kalau itu komputer. Katanya bisa belajar banyak lewat itu, ya kita senang," kata salah satu siswa SAJA yang ditemui detikcom bernama Vini.
(vid/mpr)
Hal ini mungkin tidak berlaku untuk anak jalanan yang harus mencari sesuap nasi ketimbang mendapatkan hak pendidikan mereka. Namun saat ini sudah banyak sekolah-sekolah yang gratis untuk anak-anak kurang mampu dan anak jalanan.
Selain sekolah darurat Kartini di Pademangan, ternyata ada juga Sekolah Anak Jalanan (SAJA) di jalan Petak Asem No 29 RT 07/09, Penjaringan, Jakarta Utara. Namun SAJA tidak memiliki ruangan belajar mengajar sebaik Sekolah Darurat Kartini.
SAJA hanya menggunakan sebuah rumah kontrakan berukuran 4x4 meter dengan satu kamar mandi dan teras rumah berukuran 2x4 meter. Padahal sekolah gratis untuk anak jalanan ini memiliki 117 siswa dari TK hingga SD.
SAJA memiliki lima staf pengajar lulusan IKIP Jakarta (sekarang UNJ) yang konsisten mengajar sesuai kurikulum yang ditentukan pemerintah. Selain mengajar sesuai kurikulum yang berlaku, SAJA juga menerapkan pendidikan kreativitas ke peserta didiknya.
"Murid-murid di sini kita upayakan mendapatkan ijazah resmi dengan mengikuti ujian nasional di sekolah-sekolah negeri sekitar sini. Mereka juga kita upayakan untuk bisa masuk sekolah tingkat menengah negeri," kata Kepala Sekolah SAJA, Reinhard Hutabarat, di lokasi yang sama, Kamis (27/9/2012).
SAJA didirikan Reinhard pada tahun 2001 di kolong jembatan tol Wiyoto-Wiyono Penjaringan. Namun karena kebijakan pemerintah melarang adanya bangunan di kolong tol memaksa SAJA pindah di lokasi terdekat yakni rumah kontrakan seharga Rp 700 ribu per bulan tersebut.
"Waktu itu saya bangun di sepanjang tanah kosong kolong jembatan," ujar Reinhard.
Walau menempati rumah sewa kecil di atas tanah PT KAI, SAJA memiliki fasilitas perpustakaan dengan koleksi ratusan judul buku dari para donatur. Bahkan detikcom menemukan sejumlah buku yang disumbangkan oleh anak-anak dari negeri seberang.
SAJA juga memfasilitasi siswanya di bidang seni dengan adanya puluhan angklung, sebuah gitar, origami, dan coretan-coretan krayon karya anak jalanan di sekolah tersebut. Bahkan anak-anak dari keluarga kurang mampu tersebut bisa bermain drama dan menari tarian daerah.
"Selain kurikulum, kita juga mengembangkan kreativitas anak-anak. Saya sebutnya kurikulum plus," ujar Reinhard.
Anak-anak jalanan dari berbagai usia pendidikan tersebut mulai belajar dari pukul 07.30 WIB hingga 15.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar tersebut dilakukan dengan sistem shift, setiap kelas mendapatkan jatah 1,5 jam.
"Karena ruang kelas kita terbatas," ungkap Reinhard.
Uniknya, SAJA mendapatkan bantuan akses internet melalui 5 buah komputer yang diberikan sebuah perusahaan penyedia jasa internet. Selain itu, program Corporate Social Responsibility tersebut termasuk pengembangan SDM di SAJA agar memenuhi aspek berkelanjutan.
"Tentunya fasilitas seperti ini tidak dinikmati banyak orang. Kita buat healthlful Smartfren Community, agar lebih bisa mengembangkan kehidupan sosial dan mencerdaskan. Bantuan ini kita setup semua fasilitasnya dan setahun ke depan kita rencanakan biaya opersional, dan diharapkan sustainable," kata VP Program Smartfren Untuk Indonesia, Hengky Chahyadi, di lokasi yang sama.
Anak-anak jalan yang terdaftar sebagai siswa SAJA juga tampak senang dengan bantuan tersebut. Mereka mengaku tidak mengetahui fungsi internet tapi siap untuk belajar.
"Internet pernah dengar, tapi nggak tahu kalau itu komputer. Katanya bisa belajar banyak lewat itu, ya kita senang," kata salah satu siswa SAJA yang ditemui detikcom bernama Vini.
(vid/mpr)
Sumber info : http://news.detik.com/read/2012/09/27/193841/2041485/10/ada-sekolah-gratis-untuk-anak-jalanan-di-penjaringan-jakut?9911012
0 komentar:
Posting Komentar